Laman

Semoga (((ALLAH ))) Selalu Merahmati

Kamis, 26 Agustus 2010

˙·٠•●♥ Dalam Penantian Khatulistiwa __̴ı̴̴̡̡̡ ̡͌l̡̡̡ ̡͌l̡*̡̡ ̴̡ı̴̴̡ ̡̡͡|̲̲̲͡͡͡ ̲▫̲͡ ̲̲̲͡͡π̲̲͡͡ ̲̲͡▫̲̲͡͡ ̲|̡̡̡ ̡ ̴̡ı̴̡̡ ̡͌l̡̡̡̡. (1)



السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم


(Perjalanan Panjang Untuk Sebuah Identitas)

Dalam Penantian Khatulistiwa!

DONGENG
DO itu duduk, NGENG itu cerita
jadi duduk, baca dan simak Wisnu kecil mau cerita,
sambil cerita sambil mengingat pelajaran di SD. hihiy...

ibuku (Almarhum) memberiku nama Wisnu wais AlQorni yang di rubah menjadi
“Bagus Qurnae fauzi iskandar”, konon katanya :
( karna sering sakit- sakitan sewaktu kecil ),
Hmmm…ngemeng,ngemang. “tapi aku, lebih suka memilih nama pertamaku”.
aku katakan kepada ibu, sewaktu ibu masih berada dalam kenyataan hidupku di dunia. Ibu bilang “ silahkan nak, semua itu Namamu, apapun yang kamu mau. Sebab nama seorang yang ibu Cinta (rosulullah), pun banyak sekali namanya”
heuheu…(seneng di izinkan ibu).

Wisnu kecil, di lahirkan, di bulan kemerdekaan. sejak itulah aku biasa dipanggil Deden, Bagus,Ade /aa/kk/wisnu.“Hmmm…tapi biarlah itung~itung nyenengin orang tua”.
Heuheuy…entah turunan “darah mana” aku dipanggil begitu, mungkin darah ningrat dari kabupaten Cirebon ( menghayal.com ). yang konon para leluhurku turun-temurun menjadi lurah/kiai, yang tak pernah aku lihat dan merasakan kasih sayang mereka, karena mereka telah tiada ketika aku masih dalam kandungan, Bahkan sebelum ada dalam kandungan.

Turunan pembesar galuhkah?,kota ciamis,...ckckck tambah "menghayal"..
yang konon dahulu adalah kerajaan angker. Yang ber-ilmu tinggi. Sisa dari kerajaan hindu-budha.
hmmm...(ga'penting banget,apa itu darah ningrat. atau rakyat jelata)

Aku terlahir dari Ayah dan ibu yang sangat prihatin dan terusir. Dari lingkungan bejad & mendengki.merasa hidup terancam, dan kekurangan. akhirnya Ayah dan ibuku “hijrah” ke sebrang kepulau andalas, yang sekarang sering di sebut Sumatra. termasuk Aku yang saat itu masih belum ada.

Di sumatra (kota palembang. Kabupaten muara-enim) itu aku lahir, di sebuah kota kecil atau lebih tepatnya disebut kampung bernama “Cempaka”. dengan penduduk heterogen sisa dari komunitas Cina, jawa, juga Palembang (penduduk Asli) yang menguasai pertanahan disekitar kota dan perkebunan yang usar.

Dan akuterlahir dari pasangan suami istri. M.sohih bin H.sufari (eyang jangkung) bin eyang H.Perwata ( eyang koneng) bin H.Habib hasan dan Ibunda Amina bin Al-jasim bin eyang Al-hani.
Bapakku seorang lara. yang memisahkan diri dari keluarga karna tuntutan hidup yang berat dan prihatin.
terlahir dari kakek (Almarhum), seorang kyai, di kampungnya.
yang ketika itu dia masih kecil, Sudah di tinggal pergi oleh Ayah dan ibunya.
Tinggalah dia seorang yang(yatim,piatu).

Berawal mulai sekolah di SDN1. adalah bekas benteng pertahanan Belanda, di sana juga ada pemakaman sebagiannya yang sudah dijadikan sekolah.
Sebagai “bungsu” dari 9 bersoudara, aku sangat merasakan kasih sayang orangtua yang terasa berlebihan. sehingga aku tumbuh menjadi manja, cengeng, galak dan keras kepala. aku senang bergaul.
semula aku perlakukan sama dengan teman-teman bermainku. Tapi ternyata itu salah! Mereka teman-temanku membawa karakter sesuai lingkungan keluarga dan tradisi nenek moyang yang mereka dilahirkan. Dan akhirna ku memilih untuk menjalani hidup tanpa banyak teman. Sebab itu bisa membahayakan keyakinanku, serta ahlakku.
begitu kata bapak!

Bapakku mengajarkan aku Agama Islam (tanpa membaca Alquran) Tapi dengan sikap dan perbuatan seperti dengan membawaku shalat di Masjid dan ketika shalat jum’ah di Mesjid Agung. yang tempatnya agak jauh dari rumah. akupun disuruh belajar membaca Alquran di rumah dengan ibu, selain itu aku belajar juga di mushola kecil di kampungku yang namanya Al-hidayah.
di tempat “ngaji” itulah aku mengenal “wanita” yang bagiku ia begitu indah untuk dipandang, dialah yang membuat dadaku bergetar!...Ketika aku masih bau “cikur” hihiy…
dan yang sama sekali belum tau apa arti “Cinta.”…

“Alif…ba…ta….tsaa….” Demikian pertama aku belajar ngaji, tak ada yang istimewa! Bagiku itu hanya sebatas kewajiban yang dibebankan orangtua. kalau bukan karena ingin bertemu wanita itu sudah dapat kupastikan, aku meninggalkan rutinitas hari yang menjemukan setelah matahari terbenam itu.(wisnu kecil..masih belom mudeng )

Terkadang kalau lagi bermusuhan dengan wanita itu.
aku pindah ngaji dirumah, dimana kawan-kawan pria dan wanita seusiaku belajar ngaji juga dirumahku, mereka semua tetanggaku dari kelompok minoritas perantau, mereka mempunyai komunitas sendiri, cara dan adat mereka berbeda dengan penduduk “sumatra” setempat. Mereka keturunan Palembang.
bapakku menyebutnya “kance-kance” (teman-teman)
yang membawa adat dan kebiasaan yang sangar dan ganas! Brrr…brrr…

“Alief…be…te….tse…..” Alangkah kagetnya ibu, ketika mengetahui aku belajar mengeja Al-Qur’an seperti itu. yang di akhiri dengan lafad “E” dengan bahasa palembang.
Aku mulai tahu kalau masyarakat dilingkunganku tinggal terjadi persaingan norma, dan etika yang tidak sehat.

Siang hari sepulang sekolah aku dan kawan-kawan priaku sering bermain di “lapangan lik jono (nama pemiilik tanah)”, sebuah lapangan yang di tumbuhi pohon-pohon rindang,
dan besar. di salah satu pepohonan itu ada sebuah pohon belimbing yang teduh.
Pohon belimbing itulah sebuah residu memory masa kecilku yang penuh kenangan, penuh hikmah. yang saban hari mengasuh dan memberiku makanan dengan buahnya yang masam dan segar... yang “ku coel” dengan garam dan yang aku makan di atas pohonya ketika aku pulang sekolah sewaktu lapar.Alhamdulilah...
Pada masa waktu itulah, Saat-saat aku. menunggu pulang orang tuaku yang bekerja seharian di pasar, yang berusaha menjemput rezeki yang sengaja diturunkan dari langit ke tujuh oleh Allah SWT untuk ayah dan ibuku, demi menghidupi keluarga “Sebagai ibadahnya, sekaligus jihad bagi ukuran mereka yang sungguh lelah dan sederhana itu.”

Pohon belimbing itu juga, adalah sebagian rezeki yang telah di berikan Allah swt untuk aku makan setiap harinya sepulang dari sekolah SD . Karena masa~masa ketika itu aku pergi dan pulang sekolah Alhamdulillah, jarang sekali yang namanya sarapan.
Terkadang, ketika pagi aku di masakan nasi goreng. itu juga kalo lagi ada sisa dari makan malam, yang di daur ulang oleh ibuku yang baik dan rajin. juga tipe penyayang itu... Karna orang tuaku dari pagi sampai sore bekerja banting tulang untuk menghidupi keluarga.
Subhanallah….”Amina. Wahai…ibunda tersayang. Ingatan tentangmu tak akan pernah lepas sampai akhir hayatku”

Dekat dari lapangan itu, ada pula sebuah bangunan tua yang rapuh, juga menyeramkan, tempat di samping pos kamling, sering dibuat tempat pertemuan oleh kelompok orang tertentu, mereka sebagiannya adalah saudara atau family dari kawan-kawan sebagai tetanggaku.tentu saja turunanpenduduk Asli disana.

Tempat yang menyeramkan itu kemudian diruntuhkan.
karena memang sudah rapuh, & ambruk di sebagian kecil dari atapnya.
akhirnya dijadikan garasi tempat mobil orang kaya dan berkuasa. Orang kaya itu, orang tua dari teman perempuanku yang angkuh, sombong, dan acuh tak acuh itu. yang anak dan keuarganya sering sekali menghinaku dan keluarga bapakku.
“ Namun, subhanallah…itulah bapak”. “Seorang yang penuh kesabaran, dan ketabahan dalam menjalani hidup” beliau hanya tersenyum…ketika ada orang yang menghina, dan menyakiti peasaanya.”

Beranjak dewasa:
Masa, sudah berada di tanah jawa….
Disebut kampung dimana tempat orang tua tinggal.
disana di kampung itu juga ada sebuah mushola.
sesuatu yang telah menggugah kembali hatiku.

“Jangan kembali pulang”..
sebelum kita menang,
walau mayat terdampar di medan juang
itulah Islam berjuang!

Tinggalkan ayah, tinggalkan ibu
Relakan daku pergi berjuang
Dibawah naungan Islam
Hidup mulia, atau matiSyahid cemerlang!

Syair yang dihapal yang masih ku ingat, Dilingkungan sekitar moshola itu. lebih tepatnya disebut tempat pengkaderan dan pembinaan generasi muda Islam yang saat itu, aku tidak tahu untuk apa. aku dan kawan-kawan hanya “anak bawang” yang sekali-kali disuruh menghidangkan makanan dan minuman bagi mereka. Aku hanya diperingatkan bapak untuk tidak mendekati mereka, untuk tidak belajar dengan mereka. karena bagi bapakku mereka adalah pengikut misi agama baru, sebab jika mereka ke mushola yang selalu memakai jas…! ( maklum, bapak anti modernisasi ).

Wajar kekhawatiran bapak, Karna pada saat itu masyarakat di bungkam oleh kekuasaan orde baru.sehingga timbul kekhawatiran yang dalam di dada bapak,
karna takut kalau-kalau aku berbuat sesuatu yang dapat menjerumuskan aku..
Tapi syukurlah ternyata, kehawatiran bapakku.
Terluluhkan, karena sesungguhnya pengkaderan itu hanya sebatas pemuda pengurus masjid saja. Heuheu…

Aku sudah mulai beranjak tumbuh besar dan cukup sedikit agak mengerti. di musola itu juga banyak sekali teman wanita yang sebaya denganku.

Ketika hari menjelang senja, aku mulai berkemas berdandan lama di depan cermin karena aku tidak mau terlihat jelek dihadapan wanita- wanita itu. aku tidak mau buka “kopeah”.
Aku merasa ada kekurangan dengan rambutku yang sedikit kurang lebat, kucatat itu sebagai kekuranganku yang pertama.
yang membuat aku kurang percaya diri untuk bisa menyatakan perasaanku pada Salah satu dari wanita~wanita itu...

Di tempat ngaji itu seperti biasa selepas shalat magrib berjamaah, aku bersama kawan-kawan dari golongan pribumi belajar agama dengan di “nadom”kan dalam bahasa Indonesia. sehingga lagu-lagu pesantren tentang ke-tauhid-an mudah untuk diingat, bahwa ;
syarat sahnya kita beriman harus percaya pada:
1. Allah swt 2. Malaikat
3. Nabiyullah 4.Kitabullah
5. Taqdir (QodoQodar) 6. Qiyamah
Setelah percaya (iman) pada urutan rukun di atas kita menjadi muslim dengan mengikuti rukun Islam atau syarat sahnya.
kita menjadi muslim dengan mengerjakan:
1. Syahadah 2. Shalat
3. Zakat 4. Puasa dan
5. Haji

Aku hapal “kata-kata” di atas secara detil tentang ke-Esa-an Tuhan, dan juga :
10. malaikat dan tugas-tugasnya yang wajib diketahui;
1. Jibril. a.s ( penyampai berita wahyu )
2. Mikail. a.s ( penyampai berita rohmat )
3. Israfil. a.s ( peniup sangkakala )
4. Izrail. a.s ( sang pencabut nyawa )
5. Rokib. a.s ( pencatat Amal baik )
6. Atib. a.s ( pencatat Amal buruk )
7. Munkar. a.s ( penanya ahli kubur jelek )
8. Nakir. a.s ( penanya ahli kubur baik )
9. Malik. a.s ( penjaga Neraka )
10. Ridwan a.s ( penjaga Syurga )

Juga Hafal 25 nabi yang wajib diketahui;
Nabi yang ma’ruf di kalangan muslimin secara umum:
1. Adam 2. Idris
3. Nuh 4. Hud
5. Shalih 6. Ibrahim
7. Luth 8. Ismail
9. Ishaq 10. Ya’qub
11. Yusuf 12. Ayyub
13. Syu’aib 14. Musa
15. Harun 16. Dzulkifli
17. Dawud 18. Sulaiman
19. Ilyas 20. Ilyasa
21. Yunus 22. Zakaria
23. Yahya 24. Isa
25. Muhammad saw

Dan Nabi lainnya:
1. Khidir
2. Yusya’
3. Uzair
4. Samuel
5. Daniel

Dan juga Kitab yang diturunkan kepada 4 Nabi dan Rasul ;
Taurat (Musa.a.s ), Zabur (Dawud. a.s), Injil (Isa. a.s ), AlQur’an ( Muhammad saw )
Itulah nama-nama kitab Allah swt. yang diturunkan pada para Nabi,

Selain belajar tentang tauhid. di tempat itu juga di ajarkan tentang cara membaca Alquran yang benar, melantunkan Alquran yang merdu, bersuci dari hadast, membaca arab gundul dari kitab-kitab berwarna kuning. juga belajar bagaimana berbahasa arab yang benar.
Lebih dari itu, tanpa kusadari….
akupun belajar tentang “Cinta” …heuheuy...
karena wanita itu memberiku sepucuk surat yang nadanya mengungkapkan tentang perasaan hatinya padaku…
“rasa cinta yang pertama kurasakan” begitu katanya dalam suratnya yang pertama!...”Prikitiwww…”

Jujur… aku tertarik dengan agama, dan semua ocehan guru ngaji, ketika itu.
Dan aku menghapal sekaligus mempelajarinya juga karena terpaksa, Aku takut dikatakan bodoh atau difitnah hanya untuk menarik perhatian perempuan itu saja, dan aku takut karena wanita itu bagiku begitu indah, sempurna untuk dimiliki, karena kawan-kawan priaku pun berlomba untuk menarik perhatiannya.
Akupun begitu dan aku berhasil!….“…..Yezzz….”

Sungguh…Gila… waktu itu, hatiku buta dan tidak tau apa yang dimaksud
“hakikinya Cinta”….
Setelah belajar agama bersama, dan yang diakhiri shalat Isya berjamaah, sebelum pulang ke rumah, aku suka mengantarnya pulang. Hanya sebatas tanpa sepengetahuannya. Dan aku menyempatkan diri mengikutinya sampai aku yakin rombongan wanitaku selamat sampai tujuan…Alhamdulillah…

Kalau musim liburan ramadhan tiba, jadwal belajar ngaji berubah jadi siang sedangkan malamnya diganti dengan acara “taraweh” waktu luangku baik siang ataupun malam selalu kuhabiskan dengan membaca, teman-temanku memberi gelar aku “sikutu buku” karena kalau sudah membaca aku suka lupa segalanya. Dahulu…Kebetulan bapakku disamping sebagai pedagang di pasar, juga membuka usaha sampingan dengan “wawarungan” dirumah, yang dilengkapi dengan “taman bacaan” semacam perpustakaan kecil untuk disewakan mulai dari buku roman, komik, novel atau bacaan-bacaan dari negeri seberang. Cina, Arab, juga Eropa. yang sudah diterjemahkan dalam bentuk cerita dan filsafat. Aku selalu dahaga dan haus untuk membaca saat itu.

Setelah kulumat habis semua buku perpustakaan kecil itu, dan setelah kubaca berulang-ulang aku mulai bosan. sehingga aku mulai berpikir, kenapa tidak membaca Alquran saja…, toh hampir semua orang dewasa yang kukenal pada bulan ramadhan membaca Alquran. Kalau aku tidak tertarik dengan apa yang dibacanya karena berbahasa Arab yang tak kumengerti, mengapa aku tidak membaca terjemahnya saja. Hmm…aku ingat,…!
“bapakku menyimpan Alquran terjemahan di atas lemari pakaian”.

Ketika waktu itu Sambil membaca aku membantu usaha sampingan kedua orangtuaku itu, aku bisa menjaga dan meladeni mereka yang mau belanja atau juga mereka yang mau menyewa buku. Peranku sangat penting karena hanya aku yang tahu buku mana yang bagus dan laku, disamping itu tugasku adalah merapikan, membungkus, menyusun, mencatat dan mendaptar buku-buku yang baru di sewa, yang harus dikembalikan si penyewanya,

Di Sumatra ;
pada “Ramadhan” Teman-teman sering ngajak aku “ngabuburit”, di rel kereta api. terkadang juga, banyak teman seusiaku ngabuburit ke taman masjid Agung, disana ada banyak permainan seperti “cemen” cerita tentang boneka-boneka yang digerakkan oleh magnet, disana juga aku sering melihat poto-poto yang dapat dilihat melalui alat seperti teropong, sungguh aku kagum tentang apa yang di sebut “Baitullah” atau tempat-tempat lainnya yang termasuk keajaiban dunia.

Di saat ngabuburit aku juga suka berenang di sungai yang namanya “lematang” tempat mengambil air yang di olah oleh (PDAM).
Sungai yang terkadang keruh kecoklatan itu, aku lebih suka dibanding berenang di kolam renang. yang tak begitu luas dan tak begitu indah di pandang.

Dan Asyiknya ketika kemarau panjang tiba. peduduk kota yang tidak banyak persediaan air, beramai-ramai ketika hari menjelang sore untuk mandi di sungai. Yang di tengah sungai itu terlihat gundukan pasir, di tengah sungai yang seolah-olah menjadi pulau-pulau kecil karna surut akibat karakter alam yang kemarau berkepanjangan.

Teringat pertama kali masuk sekolah dasar.
semua murid banyak yang tidak berseragam, tidak bersepatu bahkan ada yang tidak beralas kaki termasuk aku, lalu 1tahun kemudian kebijakan untuk memakai seragam diberlakukan seperti halnya murid-murid sekolah tingkat menengah.
Cuma bedanya Murid sekolah tingkat dasar memakai seragam yang celana pendek merah dan kemeja putih berlengan pendek. Dan Jalan belum banyak dilalui kendaraan. Untuk alat transportasi. aku mengenal “Cuma kaki yang di bekali Allah” atau “beca” yang ditarik dengan orang untuk jurusan pasar yang dekat, di kota yang aku kenal “”.
Namanya pasar “mambo”.

Untuk pergi ke kota yang jauh. aku mengenal oplet, untuk menarik barang, atau kayu dari hutan. aku mengenal “wahon” mobil yang lebih besar dari oplet dengan bak yang terbuka. kendaraan bermesin itu hanya bisa berjalan setelah sopir bersusah payah menyelahnya dengan besi panjang atau di dorong ramai-ramai. “Hahay…”

Ditanah jawa;
Dan sampai pula ketika aku menginjak di tanah jawa. aku teringat beberapa hari setelah lebaran keluarga besar suka menyempatkan diri pergi ke “pamuruyan” nama sebuah pemakaman, sunyi sepi…tempat istirahatnya hamba Allah untuk semantara sebagai tandanya. Kami sempatkan untuk ziarah ke kubur nenek.
Biasanya anak-anak (termasuk diriku). Suka dibopong dipundak orang dewasa. karena harus berjalan jauh, menerobos sawah dan hutan kecil, juga mendaki tanah yang sedikit menggunung di lembah sisi gunung sangkur.
Di gunung itu masih banyak dijumpai kera juga ular yang berbahaya.
Di atas bopongan orang-orang itu. aku sangat menikmati pemandangan Alam yang menakjubkan. Subhanallah…betapa indahnya Alam ciptaanmu ya Allah.

Sesampainya lagi dirumah, Sanak family dan orang-orang dikampungku, suka datang menjemput untuk membawa barang bawaan. orang-orang desa menyambut rombongan dengan bahagia. Beberapa hari tinggal disana. seperti berada di surga yang seperti digambarkan guru ngajiku.

air kolam dari sungai yang bening berbatu hitam, kebun, ternak dan pelayanan. penduduk yang ramah, membuat aku ingin selamanya tinggal disana. Tetapi suasana malam begitu sepi, gelap dan mencekam karena disana belum ada listrik. Aku takut dalam kegelapan sewaktu itu, karena kakak-kakak-ku, suka menakut-nakuti aku.

nenek ku, konon adalah seorang “Pekerja keras”, masih tersisa bekas kelelahan diraut wajahnya ketika beliau masih jumeneng (hidup).
Allah~Allah…Ini cerita dari ( Alm ibuku)

Ia dilahirkan di kabupaten Ciamis, entah bagaimana ceritanya, yang aku tahu banyak orang Ciamis yang “hijrah” ke berbagai kota seperti; ke Banten, Sumedang, Bandung dan juga melintasi selat sampai ke Sumatera. Mungkin mereka pindah karena kenyamanan mereka terganggu oleh konflik ekonomi, dan sisa-sisa jajahan belanda, jepang.

Cerita sekitar tahun “90 an”
aku mulai tumbuh jadi seorang yang perasa, dan mengerti apa itu Cinta, kasih sayang, harapan, dan perjuangan.
Sekaligus mengerti perasaan bagaimana rasanya kehilangan.
Di relung-relung hatiku sering berbicara sendirian dan kerap kali memisahkan diri, dan mulai berada dalam kesunyian.
Ketika aku memandangi ada perbedaan antara aku dan teman-teman sebayaku. Seperti ada sesuatu perasaan yang memisahkan aku dengan mereka.
Bersambung…..

Nasehat:
Ambil pelajaran yang indah dan baiknya saja.
“ sebab tiada kesempurnaan kecuali dengan penghayatan yang dalam, berkembang, dan layak untuk di jadikan pembatas. Sebatas memory yang layak dan yang positif saja.
Selebihnya buanglah…”

Karena betapapun kita, Adalah Allah sudah memberi bekal diri untuk berfikir lebih mengarah kepada kelembutan hati, dan berlaku kasih dan sayang.
Disetiap “ perjuangan, pembelajaran, persiapan, peperangan, sekaligus Cinta dan airmata…dan jika engkau memiliki “Cinta” milikilah Cinta dan kasih sayang yang hakiki….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar