Laman

Semoga (((ALLAH ))) Selalu Merahmati

Rabu, 09 Februari 2011

IZRAIL itu, Tak terbatas Oleh Ruang & Waktu

Akan Aku ceritakan buat mu wahai Ananda…
Waktu itu tgl 19 Januari 2011 di sepertiga malam.
tepatnya 15 Shafar 1432H

Melihat, menyaksikan, dan mendengar
tentang orang meninggal, memanglah sudah sering aku merasakannya.
Tetapi tak segentar dan tak sedahsyat pengajaran Allah kepadaku melalui Bapakku.

Sedihnya hanyalah berlalu dalam 7 hari saja.
Perasaan itu sedih, bercampur bahagia. di saat sebelum dan sesudahnya bahwa Ayahku sudah meninggal. sebab itu akan membebaskan beliau dari duniawi yang fana ini. Duniawi Yang penuh dengan Angan, Mimpi, derai air mata, bahkan kesunyian, sunyi jauh dari orang-orang yang soleh, yang berpegang Teguh pada ke Imanan ke pada ALLAH dan RasulNYA.

“Mungkinkah begitu juga kelak untukku nanti ?” Suatu kebahagiaan tersendiri dimana nanti saat ajalku tiba. yang menghantarkan diriku tuk bertemu dengan wajahNYA yang abadi, yang serasa sudah cukup lama ku merindui. Yang WajahNYAtak dapat terlukiskan dengan sehebat apapun Lukisan di dunia ini. Tak bisa tertuliskan dan tak dapat di terjemahkan, bahkan tak bisa di bicarakan dengan ucap dan kata-kata serta Bahasa. Sebab hanya diri masing² ini sajalah yang tau pasti dan memahami Pada saat sekarang atau saat nanti…

Ananda ketahuilah, Beliau ga banyak bicara,..seperti yang sering engkau saksikan dan ketahui sendiri, di mana di saat masa beliau masih ada di duniawi ini. kebanyakan yang di ucapnya hanya solawat, ya Allah, subhanallah, dan istigfar. Dan sekali-kali ia mencium pipimu. Anandaku tahukah kamu? Nasehat yang sering aku perhatikan darinya kebanyakan hanya dari perbuatan dan dzikirnya, sehari2nyalah yang seolah sedang mengajari aku. Dan itu semua belum bisa aku fahami, semasa beliau masih jumeneng (hidupnya).

Sewaktu aku menjenguk beliau, beliau pegang erat tanganku
dan kulihat airmatanya menetes.

Dia bilang “dede, bapak sakit sudah 4 hari ga mau makan, lidahku pahit”
Kutanya kenapa pak? Kenapa ga makan…?
Kita kedokter yuk..pak,? waktu itu untunglah masih kupegang uang Pemberian dari sahabatku dari Duri Riau
Bapak bilang, ga usah kedokter dek “lidah bapak terasa pahit, tolong bapak hanya ingin makan buah sirsak, di campur gula kelapa.” Tak banyak fikir langsunglah, kupetik buah sirsak,..di campur gula kelapa.
Saat itu dihabiskannya dengan lahap, “sudah,..sudah ku bilangkan” bapak agar mau makan, tapi apalah daya aku tak berani memaksa nya, apa lagi membentaknya agar mau makan.

Akhirnya berhasil Aku membujuk bapak mau kedokter.

Di Dokter di katakan bapak mesti di rawat melalui rujukan dokter.
Bahwa perkiraan dokter, kalolah bapak sakit lambung bocor,..di sebabkan banyak konsumsi Obat warung,,semacam remasil dsb…Allahu Akbar kaget bukan kepalang.
Kalaulah aku tahu ia mengalami lambung bocor tak mungkin ku berikan Buah sirsak yang mengandung Asam, namun Aku tersadarkan bahwa di balik ini semua adalah jalan Allah menghamparkan bermacam 1001 jalan untuk menujuNya. sebagai pelanjut perjalanan manusia, untuk hidup setelah Matinya, dari Dunia yang fana ini.

Sesampai di RS. Waktu itu, ku sms sahabatku di Duri…tuk minta dorongan Doa darinya. bapakku masih sadar. sampai 15 menit menuju sakaratul mautnya pada hari yang ke 7nya.
beliau tidak makan dan minum. 4 hari di rumah, dan 3 hari di RS.

Dan Dokterpun sudah tidak sanggup untuk mangadakan Oprasi. sebab bisa jadi sewaktu oprasi, bapak kami meninggal dalam Oprasi tersebut. dan begitulah pendapat mereka.

Dari sejak dapat do’a sms dari Sahabatku itu, terus ku baca do’a yang di SmSkan darinya buat bapak. dan Sampai akhirnya, sudah ke 7 harinya ayah sakit berbaring di RS. Aku juga sudah tak tahan melihat keadaan bapakku, dengan perut yang kembung, menahan sakit. berjaga di RS sendiri tiap malam. Dibalik itu Aku perhatikan, sungguh ruarr… biasa yang Allah ajarkan kepadaku melalui beliau, ia tak pernah mengeluhkan sakitnya, tiada terdengar kata Aduh..dari ucapannya.
Bahkan selalu mengingatkan bila adzan berkumandang di RS Banjar kepadaku, walau dalam keadaan sakit di perutnya yang amat sangat itu.

Sakit itulah mungkin jalannya beliau untuk meneruskan perjalananNYA yang mendadak tiba2 sakit. Sakit yang tadinya ga ada, jadi ada semua. sakit liverlah, disusul Ginjallah, di tambah lambung bocorlah,..”hiks ya robb..”
Pas pada hari ke 7 beliau sakit. malamnya saya minta idzin pada bapak, mau ke mushola RS, untuk shalat. waktu itu kira² jam 11 malam.
Beliau Tanya, mau shalat apa dek? Saya bilang shalat Wali daen pak.

Bapak Cuma bilang “owh…” trus senyum sambil anggukkan kepalanya.

Miris sekali keadaannya saat itu, badannya panas, hidungnya di selang sampai ke lambung, di tambah selang oksigen, tempat pipis juga di selang. Di tambah infus kiri & kanan.

Anandaku sayang…
Di musola itulah, rupanya setelah Aku adakan Ritual shalat. dan yang ditruskan membaca surah Al MULK dan YASIN. di tambah do’a yang di SmSkan dari Sahabatku. lalu ku tiupkan ke Air AQua, berharap akan ada perubahan untuk hamba Allah Bapakku. Di mushola itulah Aku merasa aneh, kenapa aku menangis bahagia. "Bukankah menangis itu sebuah kesedihan...?"

Singkat cerita, saya kembali ke kamar bapak di RS.
Lalu saya bilang ke Bapak ” pak saya sudah ikhlas, beliau senyum lagi dan sempat minta Air do'a tadi.

taukah nak ? bukan segelas yang ia pinta, namun cukup dengan takaran tutup botol AQua. dan itupun tak habis ia minum.
Itulah saat terahir Beliau pejamkan matanya 15 menit kurang lebihnya, dan ia sudah ga pedulikan aku lagi.

ia khusuk dan sibuk dengan lafadz ((ALLAH))nya yang spontan keluar dari Ucapnya. Seolah sudah tidak sadarkan lagi..
Aku panik, laluku panggil bapak,..."jangan2, bapakku sudah sakaratul maut...?"
sebab kakinya mulai dingin perlahan Naik ke atas sampai ke dadanya, aku lihat keningnya penuh dengan keringat.
Tapi ia sempat menjawab. Saat itu juga langsung saja aku duduk mendekati sekali Beliau. dan kepalanya beliau kusandarkan di lenganku, sambil mengikuti ucapannya Allahu,.. Allah..

(seharusnya saya waktu itu yang bimbing beliau) untuk lafadzkan Lailahailallah,
Cuma Aku sudah keburu panik.
“jadinya Allah, Allah saja yang saya ucapkan nak,…”.
Aku coba buka paksa matanya, dan aku lihat matanya menatap kedepan, tapi tertutup. ya sudah aku tutup lagi matanya. dan terus ucapkan Allahu,Allah...
Dan saya berdoa seperti kebiasaan Sahabatku itu.
dengan Alfatehah (yang Sahabatku sering ajarkan kepadku)

Pada menit² dan detik² terakhir itulah aku berdo’a
“ya izrail janganlah cabut nyawa bapakku terlalu sakit, pelan-pelan saja. Alfatehah…”

Setelah 3menit kemudian. kiranya badan bapakku seperti di rangkul dari depan, dan itu bisa kurasakan ada izrail yang mengangkat badannya dari depan, padahal Bapakku benar² sudah sakaratul maut. Jangankan untuk bangun, menggerakan tangannyapun sudah tiada daya . Waktu itu aku benar² rasakan, saat izrail merangkul bapak (Kakekmu) MUHAMMAD SOHEH.

Dan sewaktu itulah lafadz terakhir yang ia Ucapkan ((ALLAH)) dan lalu STOP. berhentilah bibir beliau, bibirnya sudah tak bergerak lagi, mulutnya tertutup. dan sudah tak terdengar lagi suaranya.
Wahai Anandaku sayang,...
ternyata kakekmu sudah tiada, sudah kembali ke Rahmatullah...

Anandaku...
Saat itu aku memanglah tidak melihat izrail, tapi aku bisa merasakan bahwa dia adalah izrail. ia ada di depan bapakku sampai bapak seperti di rangkul seperti itu, yang seolah ia bagun dari tidurnya…dengan lafad (((ALLAH))) terakhirnya.
Lalu jasadnya jatuh lagi di pangkuanku,...
”ya Allah ya Robb”... semoga saja kejadian ini bukanlah suatu kejadian yang tidak baik. yang pernah Allah berikan pengajaranNYA kepadaku, dan yang telah di perlihatkanNYA ke padaku, dan yang dapat kurasakan itu secara langsung di Hadapanku, dimana saat-saat bapakku pergi meninggalkanku untuk selamanya, untuk Selamanya....

Anandaku,..ketahuilah
Ternyata IZRAIL pun tak terbatas Oleh Ruang dan Waktu.
maka itu, kelak jika engkau sudah mengerti, memahami...
Persiapkanlah bekalmu sejak dini. banyak, seeebanyak²-banyaknya.
dan jika suatu kelak bila Ajalku lebih mendahuluimu...
Doakanlah Aku selalu...seperti Aku yang selalu mendoakan kedua Orang Tuaku...

Ayahandamu..
Wisnu Wais AlQorni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar